Jumat, 20 Desember 2013

REALITA MAHASISWA PADA SAAT UJIAN

Mahasiswa, yang di kenal oleh orang banyak sebagai orang yang waw, luar biasa. Apalagi di kampung desa yang hanya beberapa orang bisa merantau ke kota besar untuk mengenyam ilmu pendidikan yang lebih baik. Nama nya juga kampung, kaya tempat tiggal ku, kampung yang masih minim, kurang respon terhadap pendidikan. Ketika aku pulang hem….peda liatin, bukannya GR tapi realitanya seperti itu, apalagi kalau ke masjid, subhanallah, rasa nya seneng jika mendapatkan pujian dari para sesepuh di desa, dan rasa nya hati adem ketika mendengarnnya,. Mereka menganggap bahwa mahasiswa itu pinter semua, mahasiswa bisa segala nya, wah kyaknya persepsi seperti ini pelu diluruskan sedikit, pinter sih pinter tapi kalau bisa melakukan segala hal yah Cuma bisa berusaha aja, gak jamin mampu melakukan semua hehe. Kata IPK tidak asing buat mahasiswa, dan terkadang IPK dijadikan sebuah kebanggaan yang berlebih. Misalkan saja IPK 3.8, wah bangga sekali IP nya coumlod. Kalau aku dapat IP segitu juga seneng banget, tapi yang harus diperhatikan apakah benar IP 3.8 itu adalah hasil kerja sendiri, hasil pemikiran sendiri ? ini yang menjadi pertanyaan Zaman semakin canggih, mau melakukan apapun itu serba otomastis, serba mesin, serba mudah, dari hal-hal seperti ini akan sangat mempengaruhi mahasiswa terkhusunya dalam bidang teknologi yang berdampak positif dan negative terhadap pendidikan. Maraknya gadget yang serba luar biasa membuat mahasiswa semakin malas belajar, karena ketika ujian mengandalkan gadget nya masing-masing, ketika ada yang tidak bisa difahami atau kata-kata yang rumit alias njelimet langsug dah keluarkan gadget geser kanan-kiri atas bawah, mucul semua tuh jawaban hehehe………. Bukan sok pintar aku menuliskan seperti ini, aku hanya ingin menulis tentang realita mahasiswa sekarang, dan tak munak ketika aku sudah bingung terkadang tanya-tanya sama teman sebelah, yah tanya kata kuncinya ajalah minimal, nanti dikembangkan sendiri hehe. Dengan realita yang seperti itu apakah IPK akan selalu menjadi jaminan ? semua kembali kepada mahasiswa itu sendiri, jika selalu membanggakan IPK tapi bukan hasil sendiri apakah kebanggaan nya akan berthan lama ? namun sebaliknya ketika IPK seseorang yang berani jujur pada saat ujian dengan IPK di 3.4-3.5 akan lebih senang dan merasakan suatu kepuasan karena mengetahui kemampuan dirinya. Bagi yang baca gak usah diambil hati, ini aku lagi nagngur jadinya pengen nulis-nulis, eh ternyata dapat inspirasi nulis tentang mahasiswa pada saat ujian…… Maaf ya kalau ada kata-kata yang salah  BY : ZUNY FATMAWATI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar