Kamis, 31 Oktober 2013

ALISLAM

Keislaman

01-November-2013
by : Zuny Fatmawati

Penyejuk Hati, Penambah Iman, Penambah ketaqwaan yaitu Al-Islam

By : Zuny Fatmawati, Senin, 23-September-2013


Assalamualaikum Wr.Wb
            Alhamdulillah, segala puji bagi allah yang selalu memberikan anugerah dan  nikmat kepada hambanya yang senantiasa taat dan patuh dengan segala perintahnya. Amin……….sholawat serta salam  selalu terlimpahakan kepada Nabi Muhammad SAW.
            Sebagai seorang muslim, tentunya kita senantiasa melantukan ayat-ayat suci al-quran. Namun sadarkah kita, ketika membaca al-quran terkadang kita niatkan bukan karena Allah melainkan  untuk mendapatkan pujian dari orang di sekitar kita.
Pernahkah kita berfikir tentang bacaan Alquran yang sering kita lantunkan???? Khususnya melantunkan bacaan Alquran dengan mengeraskan suara? Ketika kita melantunkannya Apakah bacaan Alquran tersebut sudah benar-benar kita niatkan karena Allah?  Dengan mengeraskan suara dalam melantukan Alquran, akankah selalu mendapat ganjaran dari Allah??????????? Dan seperti apa mengeraskan suara itu diperbolahkan ketika membaca Alquran???????????
Bijaanibi dzaalik, hayya naqro’ jamii’an,,,,,,,,
Fasthabiqul khoiraat!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

BOLEHKAH MENGERASKAN SUARA KETIKA MEMBACA AL-QUR’AN

Khoirukum Manta’allamal Qur’aana Wa’allamahuu
Sebaik-baik di antara kamu sekalian adalah orang yang mempelajari
Alqur’an dan Mengamalkannya
(HR.BUKHORI)


BY : ZYFA EL-MASK


Riwayat Rasulullah SAW. Beliau bersabda :
“ Keutamaan membaca Alquran dengan tidak dikeraskan di atas bacaan yang dikeraskan, seperti lebih utamanya sedekah yang disembunyikan dari pada sedekah yang diperlihatkan.”
Dalam riwayat lain Rasulullah saw, bersabda :
“ Yang mengeraskan bacaan alquran seperti yang menampakkan sedekah. Orang yang tidak mengeraskan bacaan alquran seperti yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi.”
Dalam sebuah hadits ‘Am disebutkan :
“Amalan yang tersembunyi menghalalkan amalan terbuka dengan tujuh puluh kali lipat.”
Dalam sebuah hadits yang bermakna umum disebutkan bahwa :
“ Sebaik-baiknya rezeki adalah kekayaan yang mencukupi sedangkan sebaik-baiknya zikir adalah zikir yang tidak dikeraskan.”
Dalam sebuah khobar disebutkan :
“ Hendaklah sebagian kalian tidak mengeraskan bacaan sehingga mengganggu yang lain di antara magrib dan isya.”

Dari berbagai dasar-dasar tersebut, maka rasulullah menjelaskan tentang bagaimana seharusnya membaca al-quran? Bolehkah mengeraskan suara saat membaca al-quran? Dan  pada waktu yang bagaimana diperbolehkan untuk mengeraskan suara dan merendahkan suara ketika membaca al-quran?
Pada suatu malam Said Musayyab mendengar Umar bin Abdul Aziz mengeraskan bacaan al-quran pada sholat di masjid Rasulullah. Ketika Said mendengar lantunan ayat al-quran yang di suarakan oleh Umar, Said langsung berteriak : “ wahai orang yang sedang sholat jika engkau bermaksud karena Allah dalam sholatmu rendahkanlah suaramu. Jika engkau bermaksud karena manusia maka mereka tidak ada artinya bagimu sedikitpun menghadapi keputusan Allah swt.
Sehubungan dengan mengeraskan bacaan al-quran, suatu saat Rasulullah saw, mendengar sekelompok orang dari kalangan sahabatnya yang mengeraskan bacaan pada saat sholat malam. Rasulullah membenarkan tindakan mereka serta mendengarkan bacaan mereka. Malah dalam  kesempatan lain menyuruh mengeraskan bacaan al-quran. Rasulullah bersabda : “ jika salah seorang di antara kalian bangun malam untuk melakukan sholat hendaklah dia mengeraskan bacaannya. Karena para malaikat dan penghuni-penghuni dunia mendengarkan bacaan dia dan ikut sholat bersamanya.”
Saat Memulai Tadarus Al-quran
          Ketika seseorang akan memulai tadarus al-quran hendaklah mengucapkan doa :
Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dari syetan yang terlaknat (Ta’awud). Wahai Tuhanku, Junjunganku, aku berlindung dari gangguan-gangguan syetan dan aku berlindung kepadamu wahai Tuhanku dari kehadiran mereka. Selanjutnya membaca surat An-Nas dan Al-Fatihah sebelumnya. Ketika selesai membaca Al-quran hendaklah membaca doa :” Maha benar Allah, Rasululluah telah menyampaikan. Ya Allah berilah kami manfaat dengan bacaan ini dan berkatilah kami dengan bacaan. Segala puji hanya milik Allah yang mengurus seluruh alam. Aku meminta ampunan kepada Allah yang Maha hidup dan Maha Abadi. Orang yang menjaga anggota badan dan hatinya dari perkara-perkara yang dilarang, berarti dirinya telah mengamalkan Al-quran sampai tuntas.
Tujuh Niat dalam Mengeraskan Bacaan Alquran
1.      Bermaksud tartil, sebagai suatu perintahan
2.      Membaguskan suara yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw. Sebagaimana dengan sabdanya “ Hiasilah Alquran dengan suara kalian.”
3.      Supaya terdengar dan membangunkan hati supaya dapat melakukan tadabur terhadap bacaan Alquran dan dapat memahami maknanya.
4.      Mengusir syetan dan mengusir rasa kantuk dengan suara yang keras.
5.      Punya harapan bahwa dengan suara yang keras dirinya dapat membangunkan orang yang sedang tidur untuk zikir kepada Allah.
6.      Agar orang-orang yang lalai dan malas bias melihat, sehingga dirinya akan tergunggah dan menjadi giat dan tanggap untuk melakukan khidmat kepada Allah.
7.      Untuk memperbanyak bacaan dan mendawamkanya sesuai dengan kebiasaan dirinya dengan mengeraskan suara.

Jika niat-niat di atas dipenuhi oleh seseorang di saat membaca bacaan Alquran secara keras, dia telah banyak melakukan amal. Lalu, jika seorang hamba punya tekad seperti itu, menjadikannya sebagai sarana taqarub kepada Allah swt, mengetahui dirinya dan benar-benar menyucikan tujuannya, sehingga yang dijadikan kejaran hanyalah Tuhanya yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan hal yang diridhoi nya, maka bacaan keras punya kelebihan tersendiri dari bacaan yang tidak dikeraskan, karena banyak amal yang bias dilakukan. Manusia yang paling utama amalanya adalah mereka yang paling banyak niat dalam melakukanya, selain baik dan benarnya maksud dan tata cara pelaksanaanya.

Jika seorang pembaca tidak punya niat bahkan terlena dan lupa dari semua itu lalu dalam dirinya terdapat sedikit penyakit riya’ dan lain-lain, maka orang tersebut benar-benar telah terjangkit oleh penyakit dan dirinya wajib menghentikan membaca Alquran dengan keras. Jika seseorang membaca Alquran dengan keras, sementara hatinya sangat enggan melakukanya, maka amalnya rusak karena terjangkit oleh penyakit di dalamnya. Dengan cara ikhlas inilah hati pembaca akan terselamatkan dan amalanya bersih.
Perlu diketahui, yang akan merasakan manisnya ikhlas hanya orang-orang zuhud di dunia, tidak senang terhadap sanjungan manusia, merasa lezat dengan mengabdi dan brkhidmat, dan mencintai Allah swt, sekaligus merasa hawatir terhadap-nya. Keadaan ini terbaca dengan dua tanda: pertama, tidak pedulinya jiwa terhadap pujian dan celaan. Kedua, kosongnya hati dengan hadirnya keyakinan yang nyata.

Terdapat sebuah kisah yang menceritakan kejadian yang berkenaan dengan seseorang yang senantiasa melakukan kebaikan. Dia berkata, suatu saat, di waktu sahur, saya sedang membaca Surat Thoha di kamarku, ketika selesai membaca, saya terkantuk sehungga tidur. Dalam tidur tersebut saya mimpi melihat ada seseorang yang turun dari langit sambil membawa kertas putih. Dia membukakan kertas tersebut di depanku. Ternyata, dalam kertas tersebut terdapat surat Thoha dan di bawah setiap kalimat terdapat sepuluh kebaikan yang di tebar, kecuali satu kalimat yang dikosongkan dari ganjaran di bawahnya. Aku melihat pada kalimat tersebut bekas hapusan, sehingga di bawahnya tidak kelihatan ada sesuatu apapun. Aku merasa heran. Aku berkata, Demi Allah, aku membaca kalimat itu, tetapi kenapa tidak ada pahalanya? Orang tersebut berkata” benar “. Engkau telah membacanya dan kami telah menulis ganjaranya untukmu. Namun, kami mendengar ada yang berteriak “ hapuslah ganjaran bacaan kalimat itu! Maka, kami menghapuskannya. Dalam mimpi tersebut aku menangis dan berkata:” mengapa kalian melakukan itu? Mereka berkata: ketika engkau sedang membaca Alquran surat Thoha ada seorang laki-laki yang lewat ke tempatmu, lalu engkau mengeraskan bacaan kalimat tadi supaya terdengar oleh laki-laki tersebut. Maka, kami menghapusnya.”

            Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw. Mendengar seorang laki-laki yang mengeraskan bacaan Alquran. Lalu Rasulullah saw. Berkata, “perdengarkanlah bacaanmu kepada Allah jangan engkau perdengarkan kepadaku.”
Antara riya dan sum’ah (ingin terdengar oleh orang lain), sebenarnya serupa, karena akar kata masing-masing mengandung makna yang sama. Dalam sebuah khobar disebutkan :
“orang yang memperdengarkan amalanya, dia didengar oleh Allah. Orang yang memperlihatkan amalnya, dia dilihat olah Allah dengan dianggap remeh dan hina.
Adapun orang yang punya niat baik baik dengan mengeraskan bacaannya, yaitu berkeinginan agar orang lain mendengarkan kalam Allah dengan harapan mudah-mudahan dia mendapat petuah dan merenungi maknanya, atau dapat mengambil manfaat dari bacaannya ssehingga sadar, maka tidak termasuk ke dalam amalan yang mengandung sum’ah, karena niat baik, sahih maksud dan tidak adanya hama atas ketamakan yang sementara, yaitu berupa pujian orang lain atau kepentingan dunia. Hal ini seperti yang dikatakan Abu Musa kepaa Rasulullah,”jika saja aku tahu bahwa engkau mendengarkanya, pasti aku akan mengeraskan untukmu. Ketika itu Nabi saw tidak menolak apa yang dikatakan oleh Abu Musa, karena dia punya niat baik dan maksud yang benar. Adapun perkataan Nabi saw kepada sahabatnya yaitu yang mengeraskan bacaan sebagaimana di atas, dengan perkataan, “perdengarkanlah bacaanmu untuk Allah, jangan engkau perdengarkan untukku, karena beliau mengetahui bahwa motifnya adalah sum’ah.
Sebagaimana yang telah diuraikan, bahwa seseorang boleh mengeraskan bacaan Alquran apabila di dalam membacanya itu terdapat niat yang baik karena Allah dan orang-orang yang ada disekitarnya serta tidak di dasari dengan sifat riya’ atau sum’ah. Dan apabila seseorang mengeraskan bacaan Alquran hanya untuk mendapatkan pujian atau mementingkan kepentingan duniawi dan tidak di dasarkan karena Allah, maka mengeraskan bacaan Alquran di sini adalah di larang karena itu sama hal nya dengan berbuat riya’ atau sum’ah.