Jumat, 20 Desember 2013

REALITA MAHASISWA PADA SAAT UJIAN

Mahasiswa, yang di kenal oleh orang banyak sebagai orang yang waw, luar biasa. Apalagi di kampung desa yang hanya beberapa orang bisa merantau ke kota besar untuk mengenyam ilmu pendidikan yang lebih baik. Nama nya juga kampung, kaya tempat tiggal ku, kampung yang masih minim, kurang respon terhadap pendidikan. Ketika aku pulang hem….peda liatin, bukannya GR tapi realitanya seperti itu, apalagi kalau ke masjid, subhanallah, rasa nya seneng jika mendapatkan pujian dari para sesepuh di desa, dan rasa nya hati adem ketika mendengarnnya,. Mereka menganggap bahwa mahasiswa itu pinter semua, mahasiswa bisa segala nya, wah kyaknya persepsi seperti ini pelu diluruskan sedikit, pinter sih pinter tapi kalau bisa melakukan segala hal yah Cuma bisa berusaha aja, gak jamin mampu melakukan semua hehe. Kata IPK tidak asing buat mahasiswa, dan terkadang IPK dijadikan sebuah kebanggaan yang berlebih. Misalkan saja IPK 3.8, wah bangga sekali IP nya coumlod. Kalau aku dapat IP segitu juga seneng banget, tapi yang harus diperhatikan apakah benar IP 3.8 itu adalah hasil kerja sendiri, hasil pemikiran sendiri ? ini yang menjadi pertanyaan Zaman semakin canggih, mau melakukan apapun itu serba otomastis, serba mesin, serba mudah, dari hal-hal seperti ini akan sangat mempengaruhi mahasiswa terkhusunya dalam bidang teknologi yang berdampak positif dan negative terhadap pendidikan. Maraknya gadget yang serba luar biasa membuat mahasiswa semakin malas belajar, karena ketika ujian mengandalkan gadget nya masing-masing, ketika ada yang tidak bisa difahami atau kata-kata yang rumit alias njelimet langsug dah keluarkan gadget geser kanan-kiri atas bawah, mucul semua tuh jawaban hehehe………. Bukan sok pintar aku menuliskan seperti ini, aku hanya ingin menulis tentang realita mahasiswa sekarang, dan tak munak ketika aku sudah bingung terkadang tanya-tanya sama teman sebelah, yah tanya kata kuncinya ajalah minimal, nanti dikembangkan sendiri hehe. Dengan realita yang seperti itu apakah IPK akan selalu menjadi jaminan ? semua kembali kepada mahasiswa itu sendiri, jika selalu membanggakan IPK tapi bukan hasil sendiri apakah kebanggaan nya akan berthan lama ? namun sebaliknya ketika IPK seseorang yang berani jujur pada saat ujian dengan IPK di 3.4-3.5 akan lebih senang dan merasakan suatu kepuasan karena mengetahui kemampuan dirinya. Bagi yang baca gak usah diambil hati, ini aku lagi nagngur jadinya pengen nulis-nulis, eh ternyata dapat inspirasi nulis tentang mahasiswa pada saat ujian…… Maaf ya kalau ada kata-kata yang salah  BY : ZUNY FATMAWATI

Jumat, 13 Desember 2013

Galeri Foto

Pendidikan Indonesia


Pendidikan Indonesia: Antara Cita-Cita (ungkapan) dan Realitas (tindakan)
Oleh: Achmad Zainuri Arif *

Pendidikan menjadi sebuah kebutuhan yang urgen bagi pembangunan suatu bangsa. Tidak ada Negara Maju di dunia ini yang tidak diawali dari pembangunan kualitas Sumber Daya Manusianya (SDM) melalui penyelenggaraan Pendidikan yang berkualitas. Barangkali tidak ada diantara kita yang tidak setuju bahwa pendidikan mempunyai peranan besar dalam pembangunan suatu bangsa. Berdasarkan keyakinan itu kita melaksanakan percepatan dan perluasan pendidikan melalui aneka program pendidikan, dengan negara sebagai penjurunya dan masyarakat  berpartisipasi aktif.

Cita-cita Luhur
Sejak awal bangsa ini berdiri, komitmen terhadap dunia pendidikan telah begitu besar. Dalam pembukaan UUD ’45 disebutkan bahwa, “… untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan..”, yang kemudian diperjelas dalam pasal (1) UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Berbagai kajian dibanyak negara membuktikan kuatnya hubungan antara pendidikan yang merupakan sarana pengembangan sumberdaya manusia dengan tingkat perkembangan suatu bangsa
Berbagai program dicanangkan oleh pemerintah, mulai dari anggaran pendidikan  sebesar 20% dari APBN, sertifikasi, berbagai pelatihan-pelatihan untuk para guru dan termasuk salah satunya yaitu dengan penyelenggaraan program Sarjana Mendidik di daerah Terluar, Terdepan dan Tertinggal (SM-3T). Program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional ini untuk  mendorong para Sarjana Pendidikan untuk mau dan mampu berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T (tertinggal, terdepan, terluar), berbagi ilmu, pengalaman, motivasi serta hal positif lainnya kepada Generasi Muda Anak Bangsa yang begitu dilingkupi keterbatasan. Program yang menurut hemat penulis merupakan reaksi positif terhadap penyelengaraan program sejenis yang telah muncul lebih awal dan mendapat respon yang cukup positif dari masyarakat ini memiliki urgensi yang luar biasa besar bagi masyarakat yang ada di daerah 3T tersebut maupun bagi para sarjana itu sendiri agar memiliki sensitivitas sosial dan kepedulian yang tinggi terhadap kemajuan pendidikan dan bangsa ini. Banyak daerah yang menjadi lokasi pengabdian bagi para tenaga pendidik yang mengikuti program ini, salah satunya adalah di Kabupaten Manggarai - Nusa Tenggara Timur dimana penulis ditempatkan.

Realitas Kekinian
Secara umum, problematika pendidikan yang ada di daerah Timur tidak berbeda jauh dengan masalah pendidikan yang ada di Jawa yang menjadi cerminan pendidikan di Indonesia. Permasalahan yang perlu dikaji lebih dalam yaitu mengenai tenaga pendidik, apakah itu mengenai distribusi yang tidak merata, kualitas tenaga pendidik maupun kedisiplinan serta supervisi atau pengawasan, pendampingan dan evaluasi terhadap tenaga pendidik.
Guru merupakan ujung tombak dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dimana guru akan melakukan interaksi langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Melalui proses belajar dan mengajar inilah berawalnya kualitas pendidikan. Artinya, secara keseluruhan kualitas pendidikan berawal dari kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di ruang kelas. Secara kuantitas, jumlah guru di Indonesia cukup memadai. Namun secara distribusi dan mutu, pada umumnya masih rendah.  Hal ini dapat dibuktikan dengan masih banyaknya guru yang belum sarjana, namun mengajar di SMU/SMK, serta banyaknya guru yang mengajar tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang mereka miliki. Keadaan ini cukup memprihatinkan, dengan prosentase lebih dari 50% di seluruh Indonesia.
Menurut data Kemendiknas 2010 akses pendidikan di Indonesia masih perlu mendapat perhatian,  lebih dari 1,5 juta anak tiap tahun tidak dapat melanjutkan sekolah. Sementara dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54% guru memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2011 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34). Dari data Teacher Employment & Deployment, World Bank 2007 Distribusi Guru tidak merata. 21% sekolah di perkotaan kekurangan Guru. 37% sekolah di pedesaan kekurangan Guru. 66% sekolah di daerah terpencil kekurangan Guru dan 34% sekolah di Indonesia yang kekurangan Guru. Sementara di banyak daerah terjadi kelebihan Guru.
Mengenai kedisiplinan, kehadiran guru untuk melaksanakan tanggung jawab mendidik dan mengajar kepada peserta didiknya mungkin berbeda setiap daerah. Di Indonesia bagian barat, ketidak hadiran guru di sekolah untuk mengajar akan sangat mudah untuk dilihat, dikoreksi dan ditindak. Tetapi untuk wilayah Indonesia Timur, dibutuhkan pengawasan ekstra dan ketegasan untuk memperbaiki tingkat kedisiplinan guru dalam melaksanakan tanggungjawab mengajarnya. Bagaimana mungkin kualitas peserta didik bisa ditingkatkan bila tenaga pendidiknya saja sangat jarang melaksanakan tugas mengajarnya, sementara di sekolah-sekolah yang tenaga pendidiknya begitu tertib masih kesulitan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Hal ini seharusnya menjadi salah satu titik berat perbaikan sistem pendidikan di Indonesia, mengingat semakin maju-nya suatu negara bermula dari pendidikan yang berkualitas, pendidikan yang berkualitas bermuara dari pembelajaran yang berkualitas, pembelajaran yang berkualitas dimulai dari pengajar yang berkualitas pula.
Selain permasalahan tenaga pendidik yang masih belum merata derevasinya, kualitas dan kedisiplinan yang masih perlu ditingkatkan, permasalahan mengenai supervisi juga perlu untuk dicermati. Pelaksanaan supervisi yang masih belum berjalan secara optimal semisal kurang dijalankan secara rutin, terkesan formalistis (yang penting ada tanpa menyentuh hal yang subtansial) sehingga kurang memberikan pengaruh terhadap perbaikan kualitas tenaga pendidik menjadi masalah yang urgen untuk segera disikapi.

Kearifan dalam Perbaikan Pendidikan Indonesia
Sah-sah saja apabila kita memiliki cita-cita yang besar untuk memajukan bangsa ini yang salah satu caranya dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang ada. Melakukan standarisasi di semua daerah melalui penyelenggaraan UN untuk menilai kualitas peserta didik mulai dari sabang sampai merauke. Tapi apakah kita pernah turun, menyelam ke bawah? melihat realitas yang terjadi di akar rumput. Melihat kenyataan bahwa disatu sisi seorang siswa bisa belajar di gedung yang mewah ber AC dengan lebih dari 3 buku referensi untuk 1 pelajaran, menikmati berbagai varian teknologi yang mendukung proses pembelajaran lewat berbagai laboratorium yang ada, sementara disisi yang lain seorang siswa belajar di sebuah gubuk tanpa lantai, buku pelajaran tak ada dan hanya bisa mendengarkan suara kicauan burung di tengah hutan yang masih alami.
Dari sini kita menyadari bahwa,  menjadi sebuah keharusan bagi kita untuk turun ke bawah, melihat realitas sosial yang jauh panggang daripada api. Negeri ini begitu luas, banyak hal yang bisa kita pelajari dan maknai agar jika suatu saat nanti kita berada di atas, kita tidak angkuh dan represif terhadap masyarakat bawah. Ibarat seorang nelayan, mereka turun menyelam mencari ikan, terkadang larut malam pun mereka sudah menyatu dengan dinginnya air laut. Mungkin ada nelayan yang memiliki perahu dan jaring untuk menangkap ikan. Mereka duduk diatas perahu kemudian menarik jaring dengan mesin jika dirasa sudah banyak ikan yang terjaring. Tapi itu hanya sebagian kecil, sebagian yang lain yang lebih banyak tetap harus terjun ke laut untuk mengangkat jaring yang sudah dipenuhi ikan ke atas perahu.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini yaitu, 1). Menyelengggarakan pendidikan dalam rangka mempersiapkan tenaga pendidik (di kampus) secara serius, fair dan positif sehingga kampus bukan menjadi lembaga yang meramaikan komodifikasi pendidikan (tidak pernah kuliah tapi dapat ijazah asal bisa bayar). 2) memperbaiki system rekrutmen tenaga pendidik sehingga menghilangkan praktik KKN. 3) pemetaan yang jelas terhadap kebutuhan tenaga pendidik sehingga lebih tepat sasaran dan merata distribusinya. 4). Mengggiatkan diklat-diklat agar keterampilan tenaga pendidik semakin terasah. 5). Penguatan supervisi, sehingga transfer keilmuan dan pengetahuan yang telah dilakukan bisa terukur pengaruh dan perkembangannya. Semuanya dilakukan demi membentuk tenaga pendidik yang ideal, tenaga pendidik yang memiliki kompetensi/ kualitas keilmuan yang baik, kemampuan komunikasi atau penyampaian materi yang baik terhadap peserta didik, serta mampu melakukan transfer nilai-nilai yang positif kepada peserta didik (tidak hanya transfer ilmu).
Negeri ini tidak kekurangan tenaga ahli untuk melakukan sebuah perubahan, perlu kesungguhan dan kesesuaian antara ucapan dan tindakan (teladan yang baik) untuk menyelesaikan semua permasalahan ini. Ditengah keterbatasan yang mengelilingi kita, ternyata masih ada harapan diseberang sana. Itu dapat kita gapai asal kita mau berusaha keras untuk mencapainya, memang awalnya terasa berat tapi setelah itu kita akan bahagia menikmatinya.
Barangkali ini yang bisa menjadi refleksi bagi kita semua, khususnya para elit negeri ini bahwa kita harus sadar bahwa pendidikan memliki urgensi yang luar biasa besar bagi kemajuan bangsa ini, dana yang dikelola tidak sedikit oleh karena itu harus lebih serius, lebih fokus dan komitmen. Harus sering-sering turun ke masyarakat untuk melihat kondisi yang sebenarnya, menjalankan tanggung jawab monitoring dan evaluasi (monev) serta pendampingan dengan baik, lebih bersemangat dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan yang ada, tidak hanya memberikan jawaban-jawaban yang normatif dan apologis. Kami percaya bahwa anak-anak bangsa ini akan benar-benar menjadi “Generasi Emas Indonesia” jika kita semua benar-benar serius mandampingi dan menjembatani cita-cita besar meraka.



*Penulis adalah Peserta SM-3T Kab. Manggarai- NTT Angkatan ke-2 tahun 2012

IMM DAN REALITAS PERJUANGAN KADER



IMM DAN REALITAS PERJUANGAN ANAK MUDA
(Releksi 2009, Dakwah, Politis, Aktulisasi Diri Mahasiswa Muhammadiyah di Perguruan Tinggi Non Muhammadiyah)

Oleh : H.M. AMIN KUNEIFI ELFACHMI, S.Pd, MM
(Ketua Umum Pertama IMM IKIP MALANG, 1996/1997)
Contact Person : 081 252 471 28

A.  IMM DI IKIP MALANG/UNIV.NEGERI MALANG

Muhammadiyah sebagai Organisasi Sosial, Pendidikan, kesehatan Modern, yang anggotanya merupakan kalangan orang yang “melek” agama, pendidikan, sudah barang tentu sangat marginal keberadaannya disemua lapisan masyarakat umum ataupun kalangan perguruan tinggi, apalagi di kalangan perguruan tinggi non Muhammadiyah. Khususnya di Universitas Negeri Malang yang waktu itu masih IKIP MALANG, IMM yang baru mulai dirintis pada tahun 1996 dengan sangat susah payah tentu dengan pengorbanan sosial yang sangat luar biasa oleh para perintisnya.
Awalnya kami bertiga (Amin Kuneifi Elfachmi Mahasiswa PDU Angkatan 1993, Tamam Mubarok Mahasiswa Sejarah Angkatan 1993 (sekarang pengajar di GANESHA OPERATION MALANG) dan Satrio Agung Wibowo Singo Mahasiswa TEP Angkatan 1993 (tidak lulus di IKIP MALANG, Melanjutkan di IKIP PGRI KEDIRI, tinggal di Nganjuk dan sekarang PNS Guru SMA di Kabupaten Kediri). Kami awalnya berjuang melalui organisasi lain yaiti menjadi anggota HMI korkom IKIP MALANG aktif dan menjadi pengurus inti di komisariat masing-masing karena kami anggap HMI bisa menampung gejolak pemikiran kami waktu itu, kecuali saudara Tamam Mubarok.yang secara kebetulan kami tinggal di kos yang sama dan melakuka diskusi yang cukup inten terkait dengan bagaimana membangun, merintis, memperjuangkan agar IMM IKIP Malang berdiri waktu itu. (diskusi apa saja; tentang perkembangan Muhammadiyah secara umum, Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang ada di Malang khususnya dan bagaimana caranya mewadahi banyaknya alumni Sekolah Muhammadiyah yang aspirasinya/aktualisasinya tidak tersalurkan khususnya bagi mereka para mantan aktivis IPM/IRM ketika di SLTA.
Di kos Klaseman Mepet Kuburan (baca: UKLA) julukan kos kami waktu itu, diskusi hampir tiap hari bahkan sampai larut malam, kalau tidak punya uang untuk makan kami ngutang di warung sebelah kos, diskusi terjadi selama dua sampai tiga bulan secara terus menerus karena gejolak di dada kami begitu luar biasa bagaimana agar IMM IKIP MALANG berdiri, maka tepat tahun 1996 kami berkunjung ke Cabang IMM Malang yang kebetulan pada waktu itu kantornya dekat dengan kos kami yaitu di Jl. Sumbersari persisnya dipertigaan Jl. Surabaya Totokan dengan Jl. Sumbersari, kami bertiga mencoba mengutarakan semua keinginan kami (mendirikan IMM di IKIP MALANG), kami waktu itu ditemui Nasrul Mahasiswa Komunikasi Angkatan 1993 dari UMM (sekarang dosen Komunikasi di UMM Hasanuddin dari UB (tidak jelas sekarang dimana), mereka menyambut sangat antusias dan sangat terbuka untuk mengakomodasi keinginan kami itu. Tidak hanya sampai di situ kami bahkan hampir dating ke sekretariat IMM Cabang hanya untuk sekedar diskusi, ngobrol tentang apa dan bagaimana langkah yang harus kami ambil. Pada suatu ketika kami berkesempatan dipertemukan dengan Pak Muhajir Efendi (waktu itu beliau PR III UMM) dengan senang hati kami terima tawaran itu lalu kami ketemu dan dan kami mengutarakan semua apa yang kami inginkan, yaitu mendirikan aIMM di IKIP MALANG. Lalu kami mendapatkan janji akan diberikan subsidi dana untuk operasional sekretariat dan membuat berbagai hal persiapan pendirian dan untuk sementara sekretariat kami gabung bersama menempati Kantor IMM Cabang Malang.
Kami puas dan senang mendapatkan respon yang sangat luar biasa dari para petinggi UMM, lalu kami melangkah. Langkah awal yang kami lakukan adalah mengumpulkan semua data mahasiswa baru IKIP MALANG (angkatan 1996, 1995, 1994, 1993) yang pernah sekolah di Muhammadiyah (SMP, SLTA) lalu kami undang untuk mengadakan pembentukan IMM IKIP MALANG, dan pada akhirnya berkumpulah asejumlah mahasiswa baru dan lama yang cukup menggembirakan (36 orang) mayoritas IMAWATI, kami mengadakan rapat pertama secara resmi di kantor IMM Cabang Malang (maaf lupa tanggalnya). Sebelum itu, di kos tempat kami tinggal. Kami sudah mendesain dan kami sepakat bahwa Ketua Umum pertama dipegang saudara Tamam Mubarok tentu dengan berbagai pertimbangan yang matang (karena saudara Tamam Mubarok tidak menjadi anggota HMI IKIP MALANG) lalu kami sampai pada rapat yang dilakukan pada pagi hari dengan dipandu oleh teman-teman (Nasrul, dkk) dari Cabang. Kami rapat sangat lama tapi pada akhirnya kami harus melakukan pengambilan suara untuk menentukan siapa Ketua Umum pertama periode 1996/1997, tapi yang terjadi hasil voting suara terbanyak nama saya (Amin Kuneifi Elfachmi) lalu kami diskusikan dengan semua kandidat yang mendapat suara cukup (Saya, Tamam, Satrio) kami bulat seperti semula memilih saudara Tamam Mubarok Mnjadi Ketua Umum walaupun perolehan suaranya nomor dua di bawah saya, lalu kami sampaikan ke semua audien kalau kami sepakat bahwa ketua umum pertama di jabat oleh Saudara Tamam Mubarok, tetapi yang terjadi audien menolak karena dari hasil voting saya yang mendapatkan suara terbanyak maka dimintalah saya menjadi ketua pertama IMM IKIP MALANG 1996/1997. Kenapa kami (Saya dan Satrio) sepakat jika saudara Tamam Mubarok menjadi ketua pertama, karena waktu itu pada waktu itu saya menjabat Sekretaris Umum HMI Komisariat FPIPS IKIP MALANG dan Ketua Bidang Bakat Minat Senat Mahasiswa FPIPS IKIP Malang, dan Satrio Pengurus inti di HIMAFO IKIP MALANG. Lalu terbentuklah pengurus pertama IMM IKIP MALANG dalam sejarah percaturan politik mahasiswa IKIP MALANG waktu itu.
Dengan terpilihnya saya sebagai Ketua Umum IMM IKIP MALANG maka memiliki akses yang sangat luar biasa di tubuh HMI IKIP MALANG waktu itu, maka dengan serta merta saya dipanggil secara resmi oleh KORKOM HMI IKIP MALANG untuk menanyakan loyalitas saya terhadap HMI dan kelanjutan jabatan di ekstra dan intra kampus, maka ketua Umum HMI KORKOM waktu iu Imam Khaeruddin mahasiswa Sejarah Angkatan 1992 IKIP MALANG (Tidak Tamat) membuat keputusan mencoret saya dari kepengurusan dan keanggotaan HMI IKIP MALANG terhitung 1996 (maaf lupa bulan dan tanggalnya). Kami tetap pada pendirian semula bahwa IMM IKIP MALANG harus tetap berdiri apapun resiko yang terjadi pada kami. Alhamdulillah kami kuat pada pendirian kami. Pada saat pelantikan kepengurusan kami, kami dilantik di Aula IAIN Malang yangwaktu itu bersamaan dengan pelantikan kepengurusan IMM IAIN MALANG yang kedua, dan secara kebetulan yang melantik adalah Pak Muhajir Effendy (waktu itu PR III UMM) semoga perjuangan kami tidak sia-sia untuk Muhammadiyah dan IMM IKIP MALANG di masa depan, bapak menjadi salah satu orang yang ikut member sejarah/warna dalam hidup kami bertiga. Terimakasih Pak Muhajir Effendy (sekarang Rektor UMM).



B.  PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN IMM IKIP MALANG
Sebuah persahabatan dengan hati dan jiwa menghasilkan sesuatu yang sangat monumental dan membanggakan bagi kami dan perjuangan luar biasa dengan pengorbanan social yang sangat luar biasa, sampai dengan pendirian IMM IKIP MALANG terdengar oleh teman-teman Organisasi ekstra lain (HMI, PMII, GMNI, PMKRI) yang hampir pasti kami ikut meramaikan percaturan politik kampus waktu itu. Tapi kami baru sampai pada penggembira karena belum memiliki masa (baca; anggota tetap) yang cukup dan “cantolan” structural yang kuat. Pelan tapi pasti kami mulai di perhitungkan walaupun tidak sampai pada tataran perebutan kekuasaan di intra (Senat, HMJ, UKM) tetapi sudah cukup mewarnai perkembangan organisasi kampus waktu itu.
Waktu berjalan seperti biasa, perjalanan IMM IKIP MALANG juga berjalan sangat berat dan membutuhkan perhatian yang sangat luar biasa dari para pengurusnya, perkembangan IMM waktu itu tersendat karena waktu itu saya harus bekerja membantu proses awal pendirian LPK MAGISTRA UTAMA Malang (sebagai Cleaning Service) karena kebutuha ekonomi untuk melanjutkan kuliah, maka IMM mulai kurang mendapatkan perhatian dari pengurus utamanya khususnya saya. Ungkapan penting yang menjadi landasan kami berjuang adalah:”Hidup hidupkanlah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” kata KH. Ahmad Dahlan. Godaan untuk membubarkan IMM IKIP MALANG sangat kuat dari dalam diri kami sendiri, ekstra lain, keluarga kami, teman kuliah karana mereka melihat perjuangan kami sangat berat, tapi kami tetap kukuh pada pendirian  kami bahawa IMM IKIP MALANG harus tetap berdiri dan berlanjut entah sampai kapan.
Kami sudah mencoba berbuat sesuatu yang mungkin belum cukup, tetapi paling tidak apa yang kami lakukan ini menjadi jalan panjang yang harus dilalui oleh adik-adik kami yang akan datang.
Saya tidak membayangkan kalau kepengurusan kami akhirnya sampai satu tahun periode yang sangat berat walaupun tidak menghasilkan sesuatu yang monumental kecuali pendirian itu sendiri. Dan diadakan pemilihan kepengurusan baru dengan kepemimpinan baru yang memiliki tanggung jawab menghidupkan IMM lebih baik lagi. Dan berjalanlah IMM periode kedua di IKIP MALANG yang lebih baik dari kami, tentu dengan semangat baru dan anggota baru yang semakin baik loyalitasnya. ketika kepengurusan periode kedua kami sebagai pendiri dan ketua umum pertama masih harus bekerja mendampingi kepengurusan kedua secara terus menerus di sela-sela aktivitas kerja dan kuliah yang sangat padat. Terimakasih kepada teman-teman yang bersedia dengan ikhlas melanjutkan perjuangan kami untuk membuat/membangun IMM IKIP MALANG hingga saat ini. Ada pepatah mengatakan: “Membangun Lebih Mudah daripada Mempertahankan Keberlangsungan Hidup Organisasi”. Program yang mestinya jadi prioritas kita para petinggi IMM Cabang Malang adalah bagaimana agar IMM ada di semua Perguruan Tinggi non Muhammadiyah, ini penting artinya bagi perkembangan dan keberlangsungan IMM di masa depan (dengan anggota yang merambah semua unsur/golongan di Perguruan Tinggi Non Muhammadiyah). Selamat berjuang kawan.     

C.  IMM, PERGURUAN MUHAMMADIYAH DAN PERGURUAN NON MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi terbuka dan yang Islami yang kental dengan gerakan Islam Modern (Tokoh pejuang Islam Modern: Muh. Abduh, Muh. Iqbal sebagai rujukan gerakan pembaharuan) (bukan bablas seperti JIL (Jaringan Iblis Laknatullah) yang memiliki amanat yang kuat unuk memperjuangkan berbagai hal (TIT, memberantas TBC dan pemurnian ajaran Islam yang benar) seperti tertuang dalam berbagai buku pelajaran ke-muhammadiyah-an di semua sekolah Muhammadiyah. Kita punya kewajiban atas hal itu dan tersebarnya Islam yang benar/Muhammadiyah di berbagai elemen masyarakat, maka itu mestinya perguruan Muhammadiyah memiliki keinginan/kewajiban yang kuat bagaimana agar organisasi otonom Muhammadiyah seperti IMM (dan yang lain) juga ada di perguruan non Muhammadiyah. Tentu ini membutuhkan dana, waktu, manusia (SDM) yang dapat diandalkan untuk bisa memasuki semua Perguruan Tinggi non Muhammadiyah. Caranya membuat karya nyata di masyarakat yang dapat langsung dinikmati oleh masyarakat umum, agar mereka dapat merasakan langsung amal usaha Muhammadiyah (bukan hanya Pendidikan, Rumah Sakit, Panti Asuhan), tetapi yang lain dan mereka menjadi bagian Muhammadiyah dan ikut merasa memiliki semua amal usaha Muhammadiyah tersebut. (selamat bejuang, kawan).
Apalagi Kota Malang sebagai kota pendidikan yang memiliki Perguruan Tinggi Swasta sangat banyak dan juga memiliki Perguruan Tinggi Muhammadiyah (UMM) yang sangat kesohor seantero Nusantara, memiliki kewajiban sepenuhnya untuk membuat jaringan agar lulusannya dapat bekerja dan membuat lapangan kerja yang memadai (bukan nyogok hanya untuk jadi PNS), kewajiban itu mestinya ada di pundaknya tentu bekerjasama dengan unsur Muhammadiyah Tingkat Rendah (TK, SD, SLTP, SLTA) dan juga dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Malang, kalau tidak, Muhammadiyah untuk tingkatan mahasiswa hanya akan besar di dalam kandangnya sendiri. Tidak memiliki bergaining position yang kuat di luar (KNPI, Organisasi Kepemudaan lainI, pemerintahan, dll). Akibatnya adalah alumni tidak punya lagi cantolan jaringan yang secara baik diurus dan merasa punya kewajiban untuk membantu adik-adiknya, (ini kenyataan dilapangan).
Pimpinan IMm Cabang Malang harusnya memiliki bargaining ke UMM agar mendapat fasilitas untuk perjuangan kearah hal itu (program IMM masuk Kampus non Muhammadiyah), bagaimana agar semua perguruan non Muhammadiyah terbentuk dan terbangun dengan kuat jaringan IMM-nya. Ini sebenarnya yang saya bayangkan waktu itu.
Yang nan ti pada akhirnya nanti ketika llulus dari bangku kuliah memiliki jaringan (untuk mendapat pekerjaan jadi mudah) kerja yang sangat hebat, membentu alumni sesama Muhammadiyah bukan hanya dari UMM saja tetapi dari UB, UM, UIN, UWG, STIBA, dll, kita akan sangat disegani dan dihormati oleh orang lain dari organisasi lain. Pikirkan “IMM bukan hanya milik Perguruan Tinggi Muhammadiyah saja tetapi juga milik mereka yang peduli atas perkembangan, ajaran dan paham Muhammadiyah dimana pun beradadi kota, desa, PTM ataupun non PTM yang selama ini menjadi pegangan sejak didirikan oleh Sang Pahlawan Nasional KH. Ahmad Dahlan Tahun 1912” (Mari kita bangun bersama, Muhammadiyah agar Berjaya selamanya). Allahuakbar…



“ Agama kita “Islam” mengajarkan bahwa: Cara bersyukur yang paling benar adalah Beribadah dengan keras dan Bekerja dengan Keras”
      

D.  PENUTUP
Semoga sekelumit tulisan ini dapat membangkitkan semangat perjuangan adik-adik yang akan melanjutkan perjuangan kami, yang dengan susah payah kami letakkan fondasi IMM IKIP MALANG, mungkin belum cukup kuat tapi sudah kami coba berbuat sesuatu untuk Muhammadiyah. Buat teman-teman seperjuangan (Tamam dan Satrio) jangan pernah luntur ghiroh perjuangan kalian untuk memikirkan Islam. Muhammadiyah yang lebih kaffah dan mendalam.
Perjuangan kita tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah berhenti hanya karena status kita saat ini, walau kita tidak lagi menjadi mahasiswa, kita telah menjadi Ayah bagi anak kita masing-masing, menjadi suami bagi istri kita tercinta, tapi di dada kita tetap Islam, tetap Muhammadiyah dan tetap umat Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya mari kita tetap bersyukur agar semua yang kita lakukan selam ini menjadi bagian dari amal kita yang akan bermanfaat di akhir jaman kel;ak. Mohon maaf, Wassalam.

“Perjuangan Mahasiswa itu tidak harus berdemo tetapi membangun apa yang kita yakini benar adalah bagian dari Perjuangan Mahasiswa”


“Muhammadiyah tidak akan pernah mati di hati pengikutnya yang setia, walaupun organisasinya mungkin akan mati pada suatu ketika”

Israel dan JIL adalah musuh kita yang nyata selain setan yang terkutuk, mari kita hadapi dengan Aaqidah yang kuat, lindungi keluargamu dari Api Neraka.



BIODATA PENULIS
Data diri
Nama Lengkap       : Amin Kuneifi Elfachmi
Tempat Tgl Lahir    : Malang, 10 Oktober 1974
Alamat Sekarang    : Jl. Tirto Mulyo No. 63 C Dau Klandungan Malang
 No. Telp                : 081 252 471 28

Pendidikan Formal :
SLTA         : SMA Muhammadiyah 2 Balikpapan (Ponpes Almujahidin)
       : SMA Muhammadiyah ! Tanah Grogt Pasir
Pendidikan S1        : IKIP MALANG Angkatan 1993
Pendidikan S2        : STIE MAHARDIKA SURABAYA Lulus 2008

Pendidikan Non Formal :
1.    LK 1 HMI
2.    LK 2 HMI
3.    Training ESQ Peduli Pendidikan Angkatan 1 Probolinggo
4.    Mengikuti Forum Penting (Mario Teguh, Tanadi Santoso, Andreas Herafa, Tantowi Yahya, Andre Wongso, dll).
5.    Berbagai Training dan Seminar lain yang Relevan.

Riwayat Pekerjaan
1.    Kabag Personalia MU Mojokerto
2.    Manajer MU Solo
3.    Manajer MU Semarang
4.    Manajer MU Malang
5.    Manajer Training dan Event MU Pusat
6.    Chief Executive Officer LTSM Indonesia
7.    EO, Training Sekolah (guru, siswa) dan Perusahaan
8.    Pengelola Peternakan Ar-Ridho di Pasuruan
9.    Pengelola Argo Bisnis Pembibitan Sawit di kalimantan

Riwayat Keluarga
1.    Nama Ayah                   : Fachruddin (Alm), Ibu Hj. Sumiati
2.    Menikah                         : Situbondo, 7 Oktober 2000
3.    Nama Istri                      : Kholifah Hariyani, S.Pd (Matematika 1997)
4.    Nama Anak Pertama     : Neqrous Noor Khan Haqqani Kuneifi Elfachmi
5.    Nama Anak Kedua        : Yulia Aisyah Shallya Qilashanti Kuneifi Elfachmi
IMM DAN REALITAS PERJUANGAN ANAK MUDA
(Releksi 2009, Dakwah, Politis, Aktulisasi Diri Mahasiswa Muhammadiyah di Perguruan Tinggi Non Muhammadiyah)
Oleh : H.M. AMIN KUNEIFI ELFACHMI, S.Pd, MM
(Ketua Umum Pertama IMM IKIP MALANG, 1996/1997)
Contact Person : 081 252 471 28

A.  IMM DI IKIP MALANG/UNIV.NEGERI MALANG

Muhammadiyah sebagai Organisasi Sosial, Pendidikan, kesehatan Modern, yang anggotanya merupakan kalangan orang yang “melek” agama, pendidikan, sudah barang tentu sangat marginal keberadaannya disemua lapisan masyarakat umum ataupun kalangan perguruan tinggi, apalagi di kalangan perguruan tinggi non Muhammadiyah. Khususnya di Universitas Negeri Malang yang waktu itu masih IKIP MALANG, IMM yang baru mulai dirintis pada tahun 1996 dengan sangat susah payah tentu dengan pengorbanan sosial yang sangat luar biasa oleh para perintisnya.
Awalnya kami bertiga (Amin Kuneifi Elfachmi Mahasiswa PDU Angkatan 1993, Tamam Mubarok Mahasiswa Sejarah Angkatan 1993 (sekarang pengajar di GANESHA OPERATION MALANG) dan Satrio Agung Wibowo Singo Mahasiswa TEP Angkatan 1993 (tidak lulus di IKIP MALANG, Melanjutkan di IKIP PGRI KEDIRI, tinggal di Nganjuk dan sekarang PNS Guru SMA di Kabupaten Kediri). Kami awalnya berjuang melalui organisasi lain yaiti menjadi anggota HMI korkom IKIP MALANG aktif dan menjadi pengurus inti di komisariat masing-masing karena kami anggap HMI bisa menampung gejolak pemikiran kami waktu itu, kecuali saudara Tamam Mubarok.yang secara kebetulan kami tinggal di kos yang sama dan melakuka diskusi yang cukup inten terkait dengan bagaimana membangun, merintis, memperjuangkan agar IMM IKIP Malang berdiri waktu itu. (diskusi apa saja; tentang perkembangan Muhammadiyah secara umum, Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang ada di Malang khususnya dan bagaimana caranya mewadahi banyaknya alumni Sekolah Muhammadiyah yang aspirasinya/aktualisasinya tidak tersalurkan khususnya bagi mereka para mantan aktivis IPM/IRM ketika di SLTA.
Di kos Klaseman Mepet Kuburan (baca: UKLA) julukan kos kami waktu itu, diskusi hampir tiap hari bahkan sampai larut malam, kalau tidak punya uang untuk makan kami ngutang di warung sebelah kos, diskusi terjadi selama dua sampai tiga bulan secara terus menerus karena gejolak di dada kami begitu luar biasa bagaimana agar IMM IKIP MALANG berdiri, maka tepat tahun 1996 kami berkunjung ke Cabang IMM Malang yang kebetulan pada waktu itu kantornya dekat dengan kos kami yaitu di Jl. Sumbersari persisnya dipertigaan Jl. Surabaya Totokan dengan Jl. Sumbersari, kami bertiga mencoba mengutarakan semua keinginan kami (mendirikan IMM di IKIP MALANG), kami waktu itu ditemui Nasrul Mahasiswa Komunikasi Angkatan 1993 dari UMM (sekarang dosen Komunikasi di UMM Hasanuddin dari UB (tidak jelas sekarang dimana), mereka menyambut sangat antusias dan sangat terbuka untuk mengakomodasi keinginan kami itu. Tidak hanya sampai di situ kami bahkan hampir dating ke sekretariat IMM Cabang hanya untuk sekedar diskusi, ngobrol tentang apa dan bagaimana langkah yang harus kami ambil. Pada suatu ketika kami berkesempatan dipertemukan dengan Pak Muhajir Efendi (waktu itu beliau PR III UMM) dengan senang hati kami terima tawaran itu lalu kami ketemu dan dan kami mengutarakan semua apa yang kami inginkan, yaitu mendirikan aIMM di IKIP MALANG. Lalu kami mendapatkan janji akan diberikan subsidi dana untuk operasional sekretariat dan membuat berbagai hal persiapan pendirian dan untuk sementara sekretariat kami gabung bersama menempati Kantor IMM Cabang Malang.
Kami puas dan senang mendapatkan respon yang sangat luar biasa dari para petinggi UMM, lalu kami melangkah. Langkah awal yang kami lakukan adalah mengumpulkan semua data mahasiswa baru IKIP MALANG (angkatan 1996, 1995, 1994, 1993) yang pernah sekolah di Muhammadiyah (SMP, SLTA) lalu kami undang untuk mengadakan pembentukan IMM IKIP MALANG, dan pada akhirnya berkumpulah asejumlah mahasiswa baru dan lama yang cukup menggembirakan (36 orang) mayoritas IMAWATI, kami mengadakan rapat pertama secara resmi di kantor IMM Cabang Malang (maaf lupa tanggalnya). Sebelum itu, di kos tempat kami tinggal. Kami sudah mendesain dan kami sepakat bahwa Ketua Umum pertama dipegang saudara Tamam Mubarok tentu dengan berbagai pertimbangan yang matang (karena saudara Tamam Mubarok tidak menjadi anggota HMI IKIP MALANG) lalu kami sampai pada rapat yang dilakukan pada pagi hari dengan dipandu oleh teman-teman (Nasrul, dkk) dari Cabang. Kami rapat sangat lama tapi pada akhirnya kami harus melakukan pengambilan suara untuk menentukan siapa Ketua Umum pertama periode 1996/1997, tapi yang terjadi hasil voting suara terbanyak nama saya (Amin Kuneifi Elfachmi) lalu kami diskusikan dengan semua kandidat yang mendapat suara cukup (Saya, Tamam, Satrio) kami bulat seperti semula memilih saudara Tamam Mubarok Mnjadi Ketua Umum walaupun perolehan suaranya nomor dua di bawah saya, lalu kami sampaikan ke semua audien kalau kami sepakat bahwa ketua umum pertama di jabat oleh Saudara Tamam Mubarok, tetapi yang terjadi audien menolak karena dari hasil voting saya yang mendapatkan suara terbanyak maka dimintalah saya menjadi ketua pertama IMM IKIP MALANG 1996/1997. Kenapa kami (Saya dan Satrio) sepakat jika saudara Tamam Mubarok menjadi ketua pertama, karena waktu itu pada waktu itu saya menjabat Sekretaris Umum HMI Komisariat FPIPS IKIP MALANG dan Ketua Bidang Bakat Minat Senat Mahasiswa FPIPS IKIP Malang, dan Satrio Pengurus inti di HIMAFO IKIP MALANG. Lalu terbentuklah pengurus pertama IMM IKIP MALANG dalam sejarah percaturan politik mahasiswa IKIP MALANG waktu itu.
Dengan terpilihnya saya sebagai Ketua Umum IMM IKIP MALANG maka memiliki akses yang sangat luar biasa di tubuh HMI IKIP MALANG waktu itu, maka dengan serta merta saya dipanggil secara resmi oleh KORKOM HMI IKIP MALANG untuk menanyakan loyalitas saya terhadap HMI dan kelanjutan jabatan di ekstra dan intra kampus, maka ketua Umum HMI KORKOM waktu iu Imam Khaeruddin mahasiswa Sejarah Angkatan 1992 IKIP MALANG (Tidak Tamat) membuat keputusan mencoret saya dari kepengurusan dan keanggotaan HMI IKIP MALANG terhitung 1996 (maaf lupa bulan dan tanggalnya). Kami tetap pada pendirian semula bahwa IMM IKIP MALANG harus tetap berdiri apapun resiko yang terjadi pada kami. Alhamdulillah kami kuat pada pendirian kami. Pada saat pelantikan kepengurusan kami, kami dilantik di Aula IAIN Malang yangwaktu itu bersamaan dengan pelantikan kepengurusan IMM IAIN MALANG yang kedua, dan secara kebetulan yang melantik adalah Pak Muhajir Effendy (waktu itu PR III UMM) semoga perjuangan kami tidak sia-sia untuk Muhammadiyah dan IMM IKIP MALANG di masa depan, bapak menjadi salah satu orang yang ikut member sejarah/warna dalam hidup kami bertiga. Terimakasih Pak Muhajir Effendy (sekarang Rektor UMM).



B.  PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN IMM IKIP MALANG
Sebuah persahabatan dengan hati dan jiwa menghasilkan sesuatu yang sangat monumental dan membanggakan bagi kami dan perjuangan luar biasa dengan pengorbanan social yang sangat luar biasa, sampai dengan pendirian IMM IKIP MALANG terdengar oleh teman-teman Organisasi ekstra lain (HMI, PMII, GMNI, PMKRI) yang hampir pasti kami ikut meramaikan percaturan politik kampus waktu itu. Tapi kami baru sampai pada penggembira karena belum memiliki masa (baca; anggota tetap) yang cukup dan “cantolan” structural yang kuat. Pelan tapi pasti kami mulai di perhitungkan walaupun tidak sampai pada tataran perebutan kekuasaan di intra (Senat, HMJ, UKM) tetapi sudah cukup mewarnai perkembangan organisasi kampus waktu itu.
Waktu berjalan seperti biasa, perjalanan IMM IKIP MALANG juga berjalan sangat berat dan membutuhkan perhatian yang sangat luar biasa dari para pengurusnya, perkembangan IMM waktu itu tersendat karena waktu itu saya harus bekerja membantu proses awal pendirian LPK MAGISTRA UTAMA Malang (sebagai Cleaning Service) karena kebutuha ekonomi untuk melanjutkan kuliah, maka IMM mulai kurang mendapatkan perhatian dari pengurus utamanya khususnya saya. Ungkapan penting yang menjadi landasan kami berjuang adalah:”Hidup hidupkanlah Muhammadiyah dan jangan mencari hidup di Muhammadiyah” kata KH. Ahmad Dahlan. Godaan untuk membubarkan IMM IKIP MALANG sangat kuat dari dalam diri kami sendiri, ekstra lain, keluarga kami, teman kuliah karana mereka melihat perjuangan kami sangat berat, tapi kami tetap kukuh pada pendirian  kami bahawa IMM IKIP MALANG harus tetap berdiri dan berlanjut entah sampai kapan.
Kami sudah mencoba berbuat sesuatu yang mungkin belum cukup, tetapi paling tidak apa yang kami lakukan ini menjadi jalan panjang yang harus dilalui oleh adik-adik kami yang akan datang.
Saya tidak membayangkan kalau kepengurusan kami akhirnya sampai satu tahun periode yang sangat berat walaupun tidak menghasilkan sesuatu yang monumental kecuali pendirian itu sendiri. Dan diadakan pemilihan kepengurusan baru dengan kepemimpinan baru yang memiliki tanggung jawab menghidupkan IMM lebih baik lagi. Dan berjalanlah IMM periode kedua di IKIP MALANG yang lebih baik dari kami, tentu dengan semangat baru dan anggota baru yang semakin baik loyalitasnya. ketika kepengurusan periode kedua kami sebagai pendiri dan ketua umum pertama masih harus bekerja mendampingi kepengurusan kedua secara terus menerus di sela-sela aktivitas kerja dan kuliah yang sangat padat. Terimakasih kepada teman-teman yang bersedia dengan ikhlas melanjutkan perjuangan kami untuk membuat/membangun IMM IKIP MALANG hingga saat ini. Ada pepatah mengatakan: “Membangun Lebih Mudah daripada Mempertahankan Keberlangsungan Hidup Organisasi”. Program yang mestinya jadi prioritas kita para petinggi IMM Cabang Malang adalah bagaimana agar IMM ada di semua Perguruan Tinggi non Muhammadiyah, ini penting artinya bagi perkembangan dan keberlangsungan IMM di masa depan (dengan anggota yang merambah semua unsur/golongan di Perguruan Tinggi Non Muhammadiyah). Selamat berjuang kawan.     

C.  IMM, PERGURUAN MUHAMMADIYAH DAN PERGURUAN NON MUHAMMADIYAH
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi terbuka dan yang Islami yang kental dengan gerakan Islam Modern (Tokoh pejuang Islam Modern: Muh. Abduh, Muh. Iqbal sebagai rujukan gerakan pembaharuan) (bukan bablas seperti JIL (Jaringan Iblis Laknatullah) yang memiliki amanat yang kuat unuk memperjuangkan berbagai hal (TIT, memberantas TBC dan pemurnian ajaran Islam yang benar) seperti tertuang dalam berbagai buku pelajaran ke-muhammadiyah-an di semua sekolah Muhammadiyah. Kita punya kewajiban atas hal itu dan tersebarnya Islam yang benar/Muhammadiyah di berbagai elemen masyarakat, maka itu mestinya perguruan Muhammadiyah memiliki keinginan/kewajiban yang kuat bagaimana agar organisasi otonom Muhammadiyah seperti IMM (dan yang lain) juga ada di perguruan non Muhammadiyah. Tentu ini membutuhkan dana, waktu, manusia (SDM) yang dapat diandalkan untuk bisa memasuki semua Perguruan Tinggi non Muhammadiyah. Caranya membuat karya nyata di masyarakat yang dapat langsung dinikmati oleh masyarakat umum, agar mereka dapat merasakan langsung amal usaha Muhammadiyah (bukan hanya Pendidikan, Rumah Sakit, Panti Asuhan), tetapi yang lain dan mereka menjadi bagian Muhammadiyah dan ikut merasa memiliki semua amal usaha Muhammadiyah tersebut. (selamat bejuang, kawan).
Apalagi Kota Malang sebagai kota pendidikan yang memiliki Perguruan Tinggi Swasta sangat banyak dan juga memiliki Perguruan Tinggi Muhammadiyah (UMM) yang sangat kesohor seantero Nusantara, memiliki kewajiban sepenuhnya untuk membuat jaringan agar lulusannya dapat bekerja dan membuat lapangan kerja yang memadai (bukan nyogok hanya untuk jadi PNS), kewajiban itu mestinya ada di pundaknya tentu bekerjasama dengan unsur Muhammadiyah Tingkat Rendah (TK, SD, SLTP, SLTA) dan juga dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Malang, kalau tidak, Muhammadiyah untuk tingkatan mahasiswa hanya akan besar di dalam kandangnya sendiri. Tidak memiliki bergaining position yang kuat di luar (KNPI, Organisasi Kepemudaan lainI, pemerintahan, dll). Akibatnya adalah alumni tidak punya lagi cantolan jaringan yang secara baik diurus dan merasa punya kewajiban untuk membantu adik-adiknya, (ini kenyataan dilapangan).
Pimpinan IMm Cabang Malang harusnya memiliki bargaining ke UMM agar mendapat fasilitas untuk perjuangan kearah hal itu (program IMM masuk Kampus non Muhammadiyah), bagaimana agar semua perguruan non Muhammadiyah terbentuk dan terbangun dengan kuat jaringan IMM-nya. Ini sebenarnya yang saya bayangkan waktu itu.
Yang nan ti pada akhirnya nanti ketika llulus dari bangku kuliah memiliki jaringan (untuk mendapat pekerjaan jadi mudah) kerja yang sangat hebat, membentu alumni sesama Muhammadiyah bukan hanya dari UMM saja tetapi dari UB, UM, UIN, UWG, STIBA, dll, kita akan sangat disegani dan dihormati oleh orang lain dari organisasi lain. Pikirkan “IMM bukan hanya milik Perguruan Tinggi Muhammadiyah saja tetapi juga milik mereka yang peduli atas perkembangan, ajaran dan paham Muhammadiyah dimana pun beradadi kota, desa, PTM ataupun non PTM yang selama ini menjadi pegangan sejak didirikan oleh Sang Pahlawan Nasional KH. Ahmad Dahlan Tahun 1912” (Mari kita bangun bersama, Muhammadiyah agar Berjaya selamanya). Allahuakbar…



“ Agama kita “Islam” mengajarkan bahwa: Cara bersyukur yang paling benar adalah Beribadah dengan keras dan Bekerja dengan Keras”
      

D.  PENUTUP
Semoga sekelumit tulisan ini dapat membangkitkan semangat perjuangan adik-adik yang akan melanjutkan perjuangan kami, yang dengan susah payah kami letakkan fondasi IMM IKIP MALANG, mungkin belum cukup kuat tapi sudah kami coba berbuat sesuatu untuk Muhammadiyah. Buat teman-teman seperjuangan (Tamam dan Satrio) jangan pernah luntur ghiroh perjuangan kalian untuk memikirkan Islam. Muhammadiyah yang lebih kaffah dan mendalam.
Perjuangan kita tidak akan pernah habis dan tidak akan pernah berhenti hanya karena status kita saat ini, walau kita tidak lagi menjadi mahasiswa, kita telah menjadi Ayah bagi anak kita masing-masing, menjadi suami bagi istri kita tercinta, tapi di dada kita tetap Islam, tetap Muhammadiyah dan tetap umat Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya mari kita tetap bersyukur agar semua yang kita lakukan selam ini menjadi bagian dari amal kita yang akan bermanfaat di akhir jaman kel;ak. Mohon maaf, Wassalam.

“Perjuangan Mahasiswa itu tidak harus berdemo tetapi membangun apa yang kita yakini benar adalah bagian dari Perjuangan Mahasiswa”


“Muhammadiyah tidak akan pernah mati di hati pengikutnya yang setia, walaupun organisasinya mungkin akan mati pada suatu ketika”

Israel dan JIL adalah musuh kita yang nyata selain setan yang terkutuk, mari kita hadapi dengan Aaqidah yang kuat, lindungi keluargamu dari Api Neraka.


BIODATA PENULIS
Data diri
Nama Lengkap       : Amin Kuneifi Elfachmi
Tempat Tgl Lahir    : Malang, 10 Oktober 1974
Alamat Sekarang    : Jl. Tirto Mulyo No. 63 C Dau Klandungan Malang
 No. Telp                : 081 252 471 28

Pendidikan Formal :
SLTA         : SMA Muhammadiyah 2 Balikpapan (Ponpes Almujahidin)
       : SMA Muhammadiyah ! Tanah Grogt Pasir
Pendidikan S1        : IKIP MALANG Angkatan 1993
Pendidikan S2        : STIE MAHARDIKA SURABAYA Lulus 2008

Pendidikan Non Formal :
1.    LK 1 HMI
2.    LK 2 HMI
3.    Training ESQ Peduli Pendidikan Angkatan 1 Probolinggo
4.    Mengikuti Forum Penting (Mario Teguh, Tanadi Santoso, Andreas Herafa, Tantowi Yahya, Andre Wongso, dll).
5.    Berbagai Training dan Seminar lain yang Relevan.

Riwayat Pekerjaan
1.    Kabag Personalia MU Mojokerto
2.    Manajer MU Solo
3.    Manajer MU Semarang
4.    Manajer MU Malang
5.    Manajer Training dan Event MU Pusat
6.    Chief Executive Officer LTSM Indonesia
7.    EO, Training Sekolah (guru, siswa) dan Perusahaan
8.    Pengelola Peternakan Ar-Ridho di Pasuruan
9.    Pengelola Argo Bisnis Pembibitan Sawit di kalimantan

Riwayat Keluarga
1.    Nama Ayah                   : Fachruddin (Alm), Ibu Hj. Sumiati
2.    Menikah                         : Situbondo, 7 Oktober 2000
3.    Nama Istri                      : Kholifah Hariyani, S.Pd (Matematika 1997)
4.    Nama Anak Pertama     : Neqrous Noor Khan Haqqani Kuneifi Elfachmi
5.    Nama Anak Kedua        : Yulia Aisyah Shallya Qilashanti Kuneifi Elfachmi
Riwayat Organisasi
1.    Ketua Bidang Bakat Minat SMF FPIPS IKIP MALANG
2.    Sekretaris Umum HMI FPIPS IKIP MALANG
3.    Sekretari MS (Muslim Study) FPIPS IKIP MALANG
4.    Ketua Bidang Bakat Minat BPM FPIPS IKIP MALANG
5.    Ketua Program Tata Niaga PDU IKIP MALANG
6.    Ketua Umum IKIP MALANG
 Riwayat Organisasi
1.    Ketua Bidang Bakat Minat SMF FPIPS IKIP MALANG
2.    Sekretaris Umum HMI FPIPS IKIP MALANG
3.    Sekretari MS (Muslim Study) FPIPS IKIP MALANG
4.    Ketua Bidang Bakat Minat BPM FPIPS IKIP MALANG
5.    Ketua Program Tata Niaga PDU IKIP MALANG
6.    Ketua Umum IKIP MALANG